29 Mei 2011

BUS MEDAN TANAH KARO 2

Bahasa kerennya "sentra produksi pertanian", dan kalau mau dibuat lebih asoi lagi dapat saja dikatakan 'mandala wisata agro' di Sumatera Utara. Tanah Karo tidak berlebihan dengan julukan itu. Sayur mayur melimpah ruah di negeri yang sejuk dan nyaman ini. Buah-buahan segar negeri tropis, bejibun banyaknya. Ada jeruk, markisa, alpokat, kesemak, dan sebagainya. Kalau ditumpuk bisa "silangit" hehehehe.... Wisatawan suka dengan suasana itu.

Namun ada satu hal yang orang banyak tidak tahu bahwa tanaman-tanaman itu semua memerlukan pupuk supaya subur. Tidak cukup dengan 'pupuk' yang diseburkan gunung berapi Sinabung atau Sibayak. Perlu pupuk tambahan. Dan pupuk tambahan itu datangnya dari arah Medan.

Karena Medan adalah daerah industri, orang mungkin akan mengira pupuk asal Medan itu pastilah pupuk pabrikan. Ternyata bukan. Sama sekali bukan pabrikan. Pupuk dimaksud adalah pupuk organik. Termasuk golongan kotoran....

Medan tentu banyak menghasilkan kotoran karena penduduknya banyak. Tapi, jangan takut, bukan kotoran itu yang diangkut ke Karo untuk pupuk tanaman pertanian. Yang diangkut adalah kotoran ternak......atau sering juga dinamakan 'pupuk kandang'. Asalnya bisa dari mana-mana, dari Pakam, Perbaungan, Binjai atau entah dari mana lagi. Cakap orang di 'gunung' sana mengatakan 'dari bawah'. Medan itu bawah atau hilir (jahe).

Namanya juga pupuk kandang, baunya tentu bukan main. Memancar ke segala penjuru mata angin. Kali ini, saya agak sial. Di depan bus yang saya tumpangi ada truk pengangkut 'kotoran ternak'. Jalan menanjak dan menikung, membuat truk itu berjalan terseok-seok bak kura-kura. Lambat bukan main. Mau disalip oleh bus kami, jalannya berlobang, hancur berantakan. Pak supir gak berani, takut patah as atau pecah ban. Akhirnya apa boleh buat, kami lah yang paling menikmati aroma yang diterbangkan oleh kotoran dari dalam truk.

Sebelumnya saya menduga orang di sebelah saya masuk angin atau belum gosok gigi. Maklum masih pagi. Rupanya saya keliru. Kekeliruan saya terkoreksi setelah melihat langsung 'kotoran ternak' yang dibawa truk, itu meleleh ke jalan. Guncangan body truk akibat jalan sangat buruk di daerah Bandar Baru, itu membuat 'barang berharga' yang diangkutnya tadi melompat dan meluncur ke jalan. Sekarang bau itu melekat rapat di jalan. Sampai dua hari telah berlalu, bahkan sudah terguyur hujan deras, baunya tetap 'nyaring' (kayak suara aja.....).

Dalam hati saya bertanya, siapakah di negeri ini yang bertanggungjawab mengurusi soal "jalan menjadi bau" gara-gara ada yang mencecerkan kotoran secara tidak sengaja atau karena cerobah? Pertanyaan sejenis saya ajukan untuk 'jalan hancur'. Siapakah yang membuat jalan hancur; jalan yang membuat kami gak bisa nyalip sehingga kebauan dan membuat 'barang' orang tertumpah/tercecer? Jawabnya bisa macam-macam (Nanti akan disambung lagi....xixixixi).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar