Dari Harian Global
Tempat Tinggal Aman dan Nyaman, Hati-hati Memasang Jeruji Rumah Anda!
Written by Ester Pandiangan
Wednesday, 04 March 2009 14:08
Nyaman dan aman. Itulah dua aspek penting dalam membuat sebuah rumah. Kenyamanan tempat tinggal mungkin tergantung dengan selera individu. Namun, tidak untuk masalah keamanan. Karena, memiliki rumah aman adalah keinginan kita semua.
Sayangnya, obsesi membuat rumah menjadi tempat tinggal yang aman kadang tidak kita pikirkan dampaknya. Pasalnya, ketatnya keamanan rumah bisa saja menjadi sebuah dilema besar bagi kita. Bukan rasa aman yang didapat, melainkan ‘maut’ siap menanti, seandainya terjadi peristiwa yang tidak kita inginkan.
Kasus kebakaran rumah (terutama berdesain ruko) yang marak terjadi akhir-akhir ini adalah contohnya. Beberapa korban tewas, salah satunya diakibatkan desain rumah yang terlalu ketat. Tidak ada sedikitpun celah untuk bisa melarikan diri. Jeruji besi yang sedianya dipasang untuk keamanan rumah, berubah menjadi sebuah ruangan bak neraka. Karena tak bisa keluar, korban pun akhirnya pingsan dan terbakar.
Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, bukan satu ring saja jeruji besi itu terpasang. Bisa sampai beberapa lapis. Dari mulai teras rumah, pintu, jendela hingga balkon. Demikian juga di ruang terbuka lainnya. Karena, disadari atau tidak, kondisi ini dapat meminimalkan gerak penghuninya bila bencana seperti kebakaran terjadi.
Bagaimana mau menyelamatkan diri jika terjebak dalam ruangan?. Jangankan untuk loncat, mencari bantuan dengan berteriak pun bukanlah hal yang mudah. Jeruji besi yang terpasang tidak memberi sedikitpun ruang untuk bisa mempertahankan diri dari kobaran api.
Menurut Aditya ST dan Anditya ST, dua kakak beradik yang berprofesi sebagai arsitektur ini, keamanan memang menjadi sebuah harga mati bagi masyarakat. Mengingat tingkat kriminalitas di kota-kota besar, seperti Medan yang makin merajalela. Sayangnya, konsep keamanan tersebut ternyata tidak mempertimbangkan dampak negatif seandainya bahaya datang dari dalam rumah.
“Terlampau banyak 'benteng pertahanan' di rumah membuat penghuni akan sedikit kelimpungan bila hendak keluar dari rumah. Pengamanan yang berlapis. Contohnya jendela yang sudah dijeruji lalu dikerangkeng lagi, justru menyukarkan penghuni seandainya bencana berasal dari dalam rumah,” papar Aditya ST, saat ditemui Global kemarin.
Menurut kedua arsitek ini, biasanya yang banyak menggunakan konsep keamanan seperti ini adalah masyarakat yang tinggal di Rumah Toko(Ruko). Desain ruko yang langsung mentok ke dinding tanpa ada selasar di belakang rumah dinilai tidak baik bila dipandang dari segi keamanan. Pasalnya, akses keluar rumah hanya satu saja yakni dari depan rumah.
Aditya mengatakan pengadaan selasar di belakang rumah toko amat penting. Sebagai 'pintu' lain sebuah rumah. Idealnya lebar selasar 1,5 hingga 2 meter. Tapi karena rasa sayang mengurangi lahan untuk dijadikan lorong kecil, kebutuhan akan selasar dikesampingkan.
Seyogianya jika bencana terjadi misalnya kebakaran, selasar dapat digunakan sebagai jalan untuk melarikan diri, keluar dari rumah. “Tapi yang kita lihat, pengembang cenderung mau hemat. Kalau lahan digunakan sebagai selasar kan mengurangi luas rumah, harganya lebih murah ketimbang rumah yang tidak ada selasarnya,” tambah Anditya.
Perlunya Tangga Darurat
Desain ruko tidak bisa disamakan dengan rumah-rumah biasa. Mulai dari segi bentuk dan fungsi sudah jauh berbeda. Apalagi ruko biasanya diapit dengan barisan ruko lainnya. Hal ini tentunya semakin mempersulit gerak penghuni. Karena itulah, jika Anda tinggal di kawasan Ruko, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menjaga keamanan dan keselamatan. Antara lain, tak perlu melapisi rumah dengan sedemikian banyak jeruji. Jika menginginkan demikian, lebih baik bila jeruji yang dipasang didesain dapat dibuka dari dalam tapi tidak dapat dibuka dari luar.
Tak ada salahnya penghuni rumah menyediakan tangga darurat yang diletakkan di belakang rumah. Dengan pengadaan tangga darurat menambah jalan keluar masuk rumah.
Dari segi pemilihan bahan bangunan, hindari material yang dapat menghantarkan panas. Seperti kayu, tripleks dan gypsum. Bila penghuni memang getol dengan material tersebut, tak ada salahnya melengkapi hunian dengan pengadaan tabung pemadam kebakaran.
Hati-hati memilih kontraktor. Karena kontraktor yang 'nakal' suka 'memainkan' kuantitas dan kualitas material bangunan akan mengurangi keamanan sebuah rumah.
“Sejatinya ada empat hal yang harus diperhatikan sebelum membangun sebuah rumah. Kekuatan, keawetan, keindahan dan kesehatan. Tak hanya desain saja perilaku pemilik juga harus dijaga. Seperti berhati-hati menggunakan peralatan elektronik dan kompor dan rutin mencheck listrik. Dan lagi ada baiknya setiap anggota keluarga memiliki kunci rumah,” seru Aditya memberi saran.
Sebagai Bentuk Perlindungan Diri
Penggunaan jerjak sebagai pelindungan keamanan dalam rumah sebenarnya sah-sah saja. Menurut Dr Fikarwin Zuska, dosen Antropologi USU, fenomena desain rumah yang sedemikian banyak pengamanannya seperti pemasangan jerjak dan teralis berlapis fungsi utamanya adalah sebagai upaya perlindungan diri.
Manusia selalu berelasi dengan orang lain. Berdasarkan pengalaman tersebut, membuat setiap orang untuk selalu bersikap. Dan biasanya sikap tersebut dicerminkan melalui sebuah media. Salah satunya adalah dalam bentuk desain rumah.
“Dia membuat konstruksi rumah yang kondusif baginya dan aman dari gangguan luar. Ini adalah strategi kelompok untuk survive menghadapi relasi dengan unsur di sekitarnya,” papar Fikarwin.
Teralis-teralis ataupun jeruji yang dibentuk menyerupai kerangkeng yang menudungi rumah merupakan simbol-simbol akan keadaan tidak aman. Selain karena relasi dengan lingkungan juga pengalaman terdahulu yang menghantarkan untuk memproteksi diri lebih. “Arsitektur seperti ini menjadi hambatan interaksi antara penghuni rumah dengan sekitarnya,” kata alumnus Universitas Indonesia ini.
Fikarwin menilai jika interksi sosial sudah kondusif dan dirasa aman maka arsitektur rumah yang demikian akan berubah. “Semua orang pasti ingin rumah yang mengikuti tren arsitektur. Namun, karena ingin aman terpaksa mengurangi segi estetisnya,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar