12 Oktober 2009

Ini Medan Bung!

Kamis 8 Oktober 2009 — Admin

Gubsu Minta Kepala Daerah Deteksi Potensi Bencana


>> imbc, medan
Gubernur Sumatera Utara, H Syamsul Arifin SE mengingatkan para kepala daerah tingkat II di Sumut mendeteksi dan mendata potensi bencana alam di masing-masing daerah. Katanya, potensi bencana alam, seperti banjir, longsor dan gempa masih dimungkinkan terjadi.
"Dengan diketahuinya potensi bencana itu, akan dapat dicarikan langkah antisipasi dan pencegahan secara dini. Warga juga harus mau dipindah, jika dinyatakan wilayah tempat tinggalnya dinilai rawan bencana. Ini untuk mengantisipasi terjadinya korban lebih besar," ujar Gubsu disampaikan Kadis Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Drs H Eddy Syofian, MAP pada pembukaan Forum Dialog Tentang Penanggulangan Bencana Alam Kerjasama Antara Dinas Komunikasi dan Informatikan Provsu dengan Departemen Kominfo RI, di Hotel Dharma Deli, Medan , Kamis, (8/10).
Gubsu juga mengajak para kepala daerah dan elemen terkait meningkatkan koordinasi, bersinergis dan mensingkronkan langkah-langkah penanggulangan bencana alam, seperti Banjir Bandang di Kec. Batang Gadis, Kab. Mandailing Natal (Madina). Hal itu dimaksudkan, agar bantuan yang disalurkan tepat ke sasaran.
"Diperlukan manajemen pengelolaan bantuan bencana alam dengan baik. Tanpa manajemen yang baik, sulit bantuan bisa sampai ke sasaran," ujar Gubsu lagi.
Pada kesempatan itu, Gubsu juga mengatakan, untuk membantu korban banjir bandang dan gempa bumi Sumbar, Pemprovsu telah mengirim tim medis sebanyak 102 dokter spesialis dan umum, 160 kantong mayat, obat-obatan untuk 4.000 pasien, makanan bayi. Selain itu, membantu alat penampungan air bersih, 14 unit alat berat, air mineral, mie instan dan roti kaleng dan lainnya.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersama pihak BUMN, BUMD, Perbankan, Pertamina, dan swasta juga menggalang dana untuk membantu korban banjir bandang Madina dan gempa Sumatera Barat dengan membuka rekening "Sumut Peduli" dengan Nomor Rek/Tab AC. 02.04.017000-0 PT Bank Sumut yang dikoordinatori Sekretaris Daerah Propinsi Sumatera Utara (Sekdaprovsu) RE Nainggolan.
"Pemprovsu komit membantu korban gempa bumi Sumbar. Kita telah mendirikan dua Posko Sumut peduli, yakni di Sumbar dan di Medan," papar Eddy.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, Hendra Suwarta SP, S. Kom dalam pemaparannya pada Dialog Penanggulangan Bencana Alam tersebut mengatakan, Bencana bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan dapat menimpa siapa saja. Katanya, bencana alam tidak dapat dicegah datangnya. Hanya sedikit yang dapat ditanggulangi.
Katanya, untuk mengurangi resiko/dampak bencana segala upaya dan kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada saat, sebelum terjadinya bencana serta penyelamatan pada saat terjadi bencana. Berikutnya tahap rehabilitasi dan rekontruski pada saat setelah terjadi bencana.
Firman, AhMG, S.Kom, Kepala Seksi Data dan Statistik Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan Polonia Medan mengatakan, potensi cuaca ekstrim masih akan terjadi pada Oktober 2009. yakni curah hujan akan meningkat selama bulan tersebut. Tingginya curahnya hujan tersebut akan berdampak terjadinya banjir di sejumlah daerah di Sumut.
Kata Firman, daerah-daerah yang berpotensi banjir, longsor, petir dan aingin kencang yakni Kab. Langkat, Kota Medan, Deliserdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Tobasa, Asahan Labuhan Batu, Tapteng, Madina/ dan Tapsel. Bahkan katanya,di perairan barat Sumut gelombang bisa mencapai 3 meter.
Firman mengingatkan kepada warga yang tinggal di daerah-daerah yang berpotensi banjir, longsor dan angin kencang tersebut, agar meningkatkan kewaspadaannya. "Jika terjadi hujan selama empat hari, tingkatkanlah kewaspadaan. Sebab, banjir akan terjadi," sebutnya.
Dikatakan Firman lagi, tidaknya menentunya curah hujan di sejumlah daerah di Sumut tersebut lebih disebabkan karena pengaruh global warning. Tak menentunya curah hujan itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi disejumlah negara di Asia, seperti Fhilipina dan China. "Di Filipina tingkat curah hujan satu hari, sama dengan tingkat curah hujan sebulan pada waktu normal, sehingga terjadi banjir di mana-mana," paparnya.
Dalam Farum Dialog penanggulangan bencana kemarin, juga dibahas tentang Kearifan lokal untuk pengelolaan dan antisipasi bahaya bencana Alam. Dr Fikarwin Zuska, Dosen Departemen Antropologi USU mengatakan, studi-studi tentang masyarakat dan kebudayaan banyak menunjukan adanya pertautan yang kuat antara kebudayaan dan lingkungan alam.
Pada acara itu juga disoal tentang pemberian izin HPH (Hak Penguasaan Hutan) 100 tahun. Redikson Hutauruk, mewakili Kadis Kehutanan Sumut menjelaskan, pemberian izin HPH 100 tahun itu lebih karena usaha kayu yang dikembangkan memiliki usia lebih panjang. Karena perkembangan sebuah batang kayu itu 1 cm pertahun. Dalam waktu 50 tahun, baru bisa ditebang untuk dimanfaatkan menjadi bahan-bahan bangunan dan lainnya.
"Karena setelah kayu dipotong, pengusaha harus menanam kembali pohon yang ditumpang itu. Untuk menjadikan pohon itu besar, butuh waktu lama. Makanya, izin HPH itu diberikan panjang," paparnya.
Sahat Tarida, Advokasi Walhi Sumut menjelaskan, masyarakat Sumut masih dihadapkan pada bencana alam yang mengakibatkan korban jiwa. Katanya, bencana alam terjadi tak hanya karena siklus alam, tapi juga akibat ulah manaus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar