10 Juni 2018

LIBUR LEBARAN DI ASAHAN-BATUBARA

Dua atau tiga kilometer sebelum Inderapura, ada areal perkebunan yang terbelah oleh jalan raya pantai timur Sumatera ruas Medan-Kisaran bernama Perkebunan Tanjung Kasau. Matahari sangat terik ketika itu. Suhu udara di alat pencatat sekitar 35 derajat Celcius. Perut sudah agak keroncongan karena hari sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Lontong lebaran yang disantap pagi tadi,  sudah pupus daya tahannya. Saat itulah kendaraan saya tepikan, lalu belok ke kiri memasuki jalan kebon, dan parkir dengan tenang tanpa mengganggu arus lalu-lintas yang sangat ramai.

Pohon-pohon sawit yang rindang membuat teduh dan sejuk udara di sekitarnya. Terik jalan aspal yang memancarkan fatamorgana hilang seketika di bawah sawit yang bergiat menyemprot oksigen kepada manusia yang sedang berteduh dengan sehelai tikar sembari bersantap di bawahnya. Lontong, nasi, roti jala, dan semua penganan lebaran yang diangkut dari rumah, pun lalu dimakan di situ dengan lahapnya. Orang-orang yang berseliweran di jalan, mungkin ada yang melihat kami berteduh di situ --duduk-duduk sambil makan--  rupanya tertarik juga dengan tempat ini. Buktinya satu mobil Katana yang penuh penumpang, datang dan memarkirkan mobilnya dekat kami. Penumpangnya turun, menggelar tikar, dan ada yang bergolek sambil mengunyah penganan.

Hal yang tidak bisa dilewatkan oleh orang-orang masa kini dalam segala situasi adalah membuat foto. Gadget yang tak pernah luput di tangan, spontan saja membidik sana-sini panorama ataupun potret. Kata anak saya "selfi". Bagi saya, entah kenapa, tanaman palm sangat indah untuk difoto. Begitu  juga kalau dijadikan latar sebuah foto. Orang-orang jadi tampak indah dan cantik. Apalagi kalau pakaiannya juga baru, pakaian lebaran, tentu akan lebih bagus dari hari biasa. "Ada banyak kita dapat dari momen ini", kata anak saya. Satu, istirahat melepas lelah karena perjalanan yang macetnya banyak; dua, kenyang, karena sudah bisa dengan nyaman melapas haus dan dahaga; tiga, indah, karena ada panorama; empat, bisa berselfi ria.

Setelah berkemas, perjalanan dilanjutkan ke Lima Puluh, dan belok kiri menuju Tanjung Tiram. Saya sudah beberapa kali datang ke wilayah ini dengan berbagai tujuan. Ada datang karena penelitian ekonomi rumahtangga nelayan; ada karena ekspedisi geografi Indonesia (EGI), bahkan pernah datang karena saya menjadi anggota tim seleksi KPUD Batubara tahun 2008. Peran ini membuat saya datang berkali-kali ke Lima Puluh (Ibukota Kabupaten Batubara).Namun yang saya ingin catat, baru kali ini saya datang pada waktu Hari Raya Lebaran; sebuah momentum yang orang lain selalu gunakan untuk bersilaturrahmi dengan sanak keluarga. Sementara saya dengan keluarga tidak sedang bersilaturrahmi, melainkan berwisata alias tamasya. Jadilah hiruk pikuk warga masyarakat di jalanan menjadi perhatian kami (khususnya saya). Baju dan sepatu yang dikenakan, gaya rambut dan celana yang ditampilkan, jilbab dan baju kurung yang disandang, semuanya menjadi perhatian. Kegiatan yang dilakukan, atraksi jalanan penumpang kendaraan yang ditampilkan, seluruhnya memberi makna yang tak lepas dari lebaran: ekspresi kegembiraan dan keagamaan.





                             
                                      Foto-foto di Jalan Raya Ruas Medan - Limapuluh


















    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar